Minggu, 21 Agustus 2016

Gangguan OCD? Ayo Analisis..

OCD adalah Obsessive Compulsive Disorder: yaitu keadaan dimana gagasan, pikiran, atau impuls (dorongan perbuatan) yang bersifat mengganggu. Dan meskipun pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu mengakibatkan penderitaan
Kali ini kita akan membahas dan menganalisis kasus OCD, marilah kita baca kasus di bawah ini.
ABSTRAK

Dari mereka yang menderita gangguan obsesif-kompulsif (OCD), sebagian besar dari jumlah mereka tidak merespon dengan baik terhadap pengobatan standar dari dua percobaan serotonin reuptake inhibitor dan cognitive behavioral therapy. Selain menjadi refrakter terhadap pengobatan saat ini, orang-orang ini sering memiliki gangguan penyerta yang berkontribusi terhadap pengurangan kualitas hidup. Para penulis menyajikan kasus seorang individu yang dibantu untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan menerima dirinya adalah seorang OCD sebagai kekuatan dan meningkatkan kesadaran sehingga ia mampu menggabungkan OCD nya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dia berhasil mengatasi OCD nya yang melemahkan dan ini diambil dari semua pengobatan dalam waktu 6 bulan intervensi. Tiga tahun pasca intervensi tindak lanjut menunjukkan bahwa dia sehat, memiliki gaya hidup sehat dan bahwa meskipun beberapa pikiran obsesif masih tetap ada, mereka tidak mengontrol perilakunya.

KASUS
Janice berusia 25 tahun, berkulit putih yang telah dirawat di rumah sakit jiwa karena OCD. OCD nya berupa selalu membersihkan dan mencuci kamarnya dan hampir segala sesuatu yang berada di kamarnya. Dia takut bahwa kuman di kamarnya akan membuat sakit dan akhirnya menyebabkan dia mati. Catatan kasus  menunjukkan bahwa bahkan sebagai seorang anak, Janice prihatin kebersihan, suatu sifat yang dia pikir telah diperoleh dari ibunya. Adiknya meninggal ketika dia berusia 10 tahun, dan ia percaya bahwa ia bertanggung jawab atas kematiannya. Rupanya, ia bermain dengan adiknya dan membiarkan dia memegang adiknya dengan tangan yang kotor untuk menghentikan tangisannya. bagaimanapun, ia sedang bermain di halaman dan seharusnya tidak perlu mencuci tangan sebelum dia menyentuh adiknya. Secara bertahap, ia menjadi terobsesi dengan kuman sebagai pembunuh dan mulai membersihkan dan mencuci semua yang datang untuk kontak dengannya. Hal ini berlanjut selama beberapa tahun sampai kecemasannya tentang kuman dan dia mulai membersihkan dan mencuci secara berkala menjadi kegiatan di kehidupan sehari-hari. Dia didiagnosis oleh dokter keluarganya mengalami OCD dan memerlukan pengobatan Serotonin Reuptake Inhibitor (SRI). Seiring waktu, frekuensi periode OCD menjadi lebih sering dan sulit baginya untuk mengontrol dengan obat-obatan. Saat obat-obatan tidak begitu efektif, ia juga menerima Adjunctive Psychology Therapy. Dia telah dirawat di rumah sakit jiwa sebanyak empat kali dalam satu tahun terakhir. Setiap kali ia diobati dengan obat dan CBT untuk distabilkan. Rawat inap saat ini adalah yang kelima karena dia benar-benar suda lemah kerena OCD-nya, sejauh ini dia tidak dapat meninggalkan kamarnya selain untuk mengurus kebersihan dirinya karena dorongan kecemasannya yang tinggi.

ANALISIS
Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa Janice menderita atau mengalami gangguan obsesif compulsif (sumber: PPDGJ-III) karena Janice merasa sangat khawatir dan cemas terhadap kebersihan di sekitarnya sehingga ia harus berulang kali membersihkan kamarnya dan dirinya agar tidak terkena kuman yang ia anggap akan membuatnya sakit bahkan mati.

1. Disfungsi Psikologis
a. Secara Kognitif: Janice selalu merasa cemasa akan kebersihan dirinya, kakhawatiran yang belebih terhadap kuman-kuman yang ia rasa dapat membuatnya sakit hingga mati. Setiap  ia melakukan suatu kegiatan, ataupun ia bersentuhan dengan orang lain, ia selalu membersihkan dirinya dan ia juga selalu membersihkan kamarnya dan barang-barangnya.
b. Secara Afektif: Janice selalu merasa bersalah atas kematian adiknya, ia merasa ia bertanggungjawab atas kematian adiknya tersebut karena ia telah menyentuh adiknya untuk mengentikannya menangis dengan tangan yang kotor sehingga ia merasa kuman atau hal-hal yang kotor harus dihindari. 
c. Secara Psikomotor: Janice menghindari aktivitas yang menurutnya akan menyebabkan ia menjadi kotor yang akhirnya akan mengancam kesehatan dirinya.

2. Distress (impairment) Hendaya: 
a. Fisik: Janice melakukan aktivitas yang lebih banyak dari biasanya yaitu ia sering melakukan bersih bersih yang akan menyebabkan ia kelelahan dan sakit.
b. Psikis: Janis merasa cemas saat ia melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari, karena ia khawatir akan terkena kuman dan akan membuatnya sakit. Hal ini membuat suasanya hati dan aktivitas sehari-hari Janice jadi tidak baik.

3. Respon Atipikal
Janice selalu merasa cemas dengan dirinya sehingga ia selalu membersihkan benda-benda kepunyaannya, barang-barangnya, termasuk kamarnya sendiri. dan ini membuat Janice melakukan hal-hal yang dapat mengganggu aktivitas sehari-harinya, dalam budaya disekitarnya hal ini adalah tidak wajar karena janis melakukan kegiatan yang seharusnya tidak dilakukan anak seusianya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar